Pages

Subscribe:

Apr 5, 2012

LINGKUP KELAINAN DAN KOMPLIKASI KEBIDANAN



LINGKUP KELAINAN DAN KOMPLIKASI KEBIDANAN

A.   Patologi Obstetri
Obstetri adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium. Sedangkan patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi, patologi obstetri adalah ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal atau fisiologis.

B.    Penyakit Penyerta Kehamilan
1.    Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Yang diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a.    Abortus spontan
Abortus spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk, diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed abortion), dan abortus inkompletus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

2.    Kelainan Tempat Kehamilan ( Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a.    Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Lebih dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau ruptur tuba.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Kehamilan Interstisil
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c.    Kehamilan Abdominal
Menurut perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500 kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    Kehamilan Ovarial
Kehamilan ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
e.    Kehamilan Cervical
Kehamilan cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix. Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa pengguguran.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

3.    Mola Hydatidosa dan Choriocarcinoma
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet (CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY, umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).


4.    Anemia Kehamilan
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

5.    Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).

6.    Kehamilan dengan Hipertensi
a.    Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko prematur dan kematian.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
ü  Preeklamsi
Preeklamsi diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
ü  Eklamsi
Eklamsi adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

7.    Kehamilan dengan Infeksi
a.    HIV/ AIDS
Human imunnodeficiency virus  adalah retro virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe sel lainnya.
dalam popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child transmission, MTCT) tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah antepartu, dan sampai 20% intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut penularan 5-15%.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.    Hepatitis
Infeksi virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Gonore/Sypilis
Infeksi Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus, kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
d.    CMV (Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e.    Rubella
Virus penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f.     Herpes
Infeksi yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit. Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan dengan seksio sesaria.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g.    Varicella
Angka kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
h.    Toxoplasmosis
Transisi toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil. Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi spesifik.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

8.    Kehamilan Ganda
a.    Kehamilan kembar 2 telur
Atau disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b.    Kehamilan kembar 1 telur
Atau disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).




9.    Kelainan Letak
a.    Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas, polohidramnion, plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b.    Letak lintang
Letak lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).

10. Perdarahan Antepartum
a.    Solutio Plasenta
Solutio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b.    Placenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Insertio Velomentosa
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
d.    Ruptur Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e.    Placenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).


11. Kehamilan Disertai Penyakit
a.    Diabetes Melitus
Diabetes pada kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga mempengaruhi kehamilan.
b.    Jantung
Jantung. Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c.    Sistem Pernafasan
Tuberkulosis paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma Bronkial. Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan, kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia dan kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik berat, seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan persalinan nantinya.
Bronkitis, Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d.    Sistem Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi. Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai mual dan muntah.
Gingivitis dan epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah berdarah terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies gigi. Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan berkurang, mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus dan lambung
Pirosis. Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis erosif. Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada lambung.
Varises esofagus. Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi berat.
Hernia hiatus. Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah sehingga bagian atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus.
Ulkus peptikum. Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis. Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait usus halus dan usus besar.
Ileus. Gejala : muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus bunyi logam.
Vulvulus usus. Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat dijumpai pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia. Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis. Jarang terjadi dalam kehamilan.
Kolitis ulserosa. Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid. Yaitu pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar, magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e.    Sistem Hematology
Anemia. Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Iso Imunisasi, yaitu Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat, kemudian anak-anak berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah kelahirannya.
f.     Sistem Perkemihan
Bakteriuria. Dalam kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis akut.
Sistitis. Dalam kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis Akut. Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada kehamilan triwulan III.
Pielonefritis kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin.
Glomeruluonefritis kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma Nefrotik (Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr perhari), edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis (Batu Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber: Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).

12. Kelainan Lamanya Kehamilan
a.    Prematur/ Partus Prematurus
Partus prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 % dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Postmatur/ Partus Serotinus
Yang dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Intra Uterine Growth Death (IUFD)
IUFD adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).


13. Kehamilan dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a.    Depresi
Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood   sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood  merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
b.    Psikosa
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
c.    Psikoneora
Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).

14. Kelainan Air Ketuban
a.    KPSW
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.    Polihidramnion
Air ketuban paling banyak  pada minggu ke 38, sebanyak 1030 cc, pada akhir kehamila tinggal 790 cc  dan terus berkurang sehingga pada minggu ke 43 hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).


C.   Penyakit Penyerta Persalinan
1.    Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan submukosum.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2.    Distensi Uterus
Distensi uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan  paling sering disebakan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosi.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3.    Parut Uterus
Tidak dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi, terutama di negara berkembang.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4.    Seksio Sesarea
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini  dilakukan apabila tidak memungkinkan persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu, seperti gawat janin, atau tulang panggul yang sempit.
(sarwono prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5.    Dystocia
Istilah dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan lahir.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
6.    Kerusakan Jalan Lahir Karena Persalinan
a.    Vulva dan Vagina
Robekan pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas, sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
b.    Cervix
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).
c.    Ruptura Uteri (Robekan Rahim)
Ruptur uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).


D.   Penyakit Penyerta Persalinan Nifas
1.    Infeksi Puerpuralis
Infeksi puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a.    Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b.     Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).

2.    Perdarahan dalam Nifas
Sebab-sebab :
a.    Sisa plasenta dan plasenta polyp
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b.    Endometritis puerperalis
Perdarahan biasanya tidak banyak.
c.    Perdarahan fungsionil
Dalam golongan ini termasuk :
1.    Perdarahan karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus anovulator dalam nifas.
2.    Perubahan dinding pembuluh darah.
Pada golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d.    Perdarahan karena luka :
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung :  elstar offset).




E.    GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
1.    Infertilitas adalah ketidakmampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya.
·         Infertilitas primer adalah jika isteri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
·         Infertilitas sekunder adalah jika isteri pernah hamil, akan tetapi kemudian  tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2.    Gangguan Haid dan siklusnya:
a.    Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan haid:
·         Hipermenorea atau menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
·         Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasa.
b.    Kelainan siklus:
·         Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari)
·         Oligomenorea adalah siklus haid yang lebih panjang, lebih dari 35 hari.
·         Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan bertuut-turut.
c.    Perdarahan di luar haid:
·         Metroragia adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid yang dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.
d.    Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid:
·         Premenstrual tension (ketegangan prahaid) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid.
·         Vicarious Menstruation yaitu perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.
·         Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi.
·         Dismenorea adalah nyeri haid, dibagi menjadi 2, yaitu:
o   Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak hubungannya dengan kelainan ginekologik.
o   Dismenorea sekunder ( ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri, dll).
·         Mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamae sebelum haid.
(sumber:  Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo).








F.    PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.

1.     Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segea dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 ).

Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan.
1)     Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial )
2)     Anamnesa Keluarga
3)     Anamnesa Medik
4)     Anamnesa Haid
5)     Anamnesa Kebidanan
Pemeriksaan Umum
1)     Tinggi badan
2)     Berat badan
3)     Tanda-tanda vital
4)     Pemeriksaan kepala dan leher
5)     Pemeriksaan payudara
6)     Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
7)     Pemeriksaan abdominal
8)     Pemeriksan genetalia
9)     Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan laboratorium
Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine.

2.     Kontak Dini Kehamilan Trimester I
Pada trimester I, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual sangat wajar. Apabila dalam anamnesis ada riwayat abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

3.     Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.
Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu  hamil berbeda – beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises.

4.     Skrining untuk deteksi dini.
a.     USG
            USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik.

Deteksi Dini Penyulit Persalinan
Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini penyulit persalinan juga tidak kalah pentingnya demi kesuksesan dan kelancaran jalannya proses kelahiran.
1.     Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala I aktif.
2.     Pencatatan partograf

a.       Informasi tentang ibu
Melengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan meliputi; nama, umur, gravida para dan abortus, nomor RM, tanggal dan waktu dirawat, waktu pecahnya ketuban
b.      Kesehatan dan kenyamanan janin
·         DJJ
·         Warna dan adanya air ketuban
·         Molase ( penyusupan kepala janin )
c.       Kemajuan Persalinan
Untuk menilai kemajuan persalinandilakukan pemeriksaan setiap 4 jam sekali.kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
·         Pembukaan Servik
·         Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
·         Garis waspada atau garis bertindak
d.      Jam dan waktu
·         Waktu mulainya fase aktif persalinan
·         Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
e.       Kontraksi uterus
f.       Obat – obatan
·         Oksitosin
·         Obat – obatan lain dan cairan IV
g.      Kesehatan dan kenyamanan ibu
·         nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
·         Volume urine, protein dan aseton
h.       Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lain.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah kemajuan persalinan.

C.    Deteksi Dini Pada Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir ketika alat – alat kandunga seperti sebelum hamil.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas :
1.     Suhu badan
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0 C. sesudah partus dapat naik + 0,5 0 C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0 0C sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38 0C mungkin ada infeksi
2.     Nadi
Pada umumnya nadi berkisar antara 60 – 80 denyutan atau menit. Segera setelah partus dapat terjadi brakikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu badan.
3.     Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai “ shunt “antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan sendirinya dan tiba – tiba. Volume darah pada ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderta vitium kordis.
4.     Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan – persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapimasa laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain :
a.       Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mamae dan lemak.
b.      Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang – kadang dapat dikeluarkan ( kolossrum ).
c.       Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamae.
d.      Setelah persalinan, pengaruh menekan estrogen dan progesteron hilang.maka timbul pengaruh hormon laktogenik ( LH ) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
5.       Lochea yaitu cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a.     Lochea rubra atau kruenta
Berisi darh segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
b.    Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi pada hari ke 3 sampai 7 pasca persalinan.
c.     Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7 sampai 14 pasca persalinan.
d.    Lochea alba
Merupakan cairan putih, terjadi setelah 2 minggu.
e.     Lochea purulenta
Biasanya lochea berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi
f.     Lokhiostasis
Lochea tidak lancar keluarnya.



G.   Prinsip-prinsip Asuhan Dalam Penanganan, Rujukan Dan Pendokumentasian

Prinsip Dasar Penanganan :
1.    Menghormati pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawat daryrat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang mengalaminya.
2.    Kelembutan
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah haus dilakukan dengan penuh kelembutan, termask menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit
pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
3.    Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan pemerksaan petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien yang dieriksa apa yang sedang dilakukan dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangat penting.
4.    Hak pasien
Hak-hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dari kerahasiaan status medik pasien.
5.    Dukungan keluarga
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus megupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan (finansial), keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apabila pasien dalam keadaan syok dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien (prosedur life-saving) harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.

Penilaian Awal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk penilaian awal adalah :
1.    Penilaian dengan periksa pandang (inspeksi)
a.    Menilai kesadaran
b.    Menilai wajah
c.    Menilai pernapasan
d.    Manilai perdarahan dari kemaluan
2.    Penilaian denga periksa raba (palpasi)
a.    Kulit
b.    Nadi
c.    Kaki/ tugkai bawah
3.    Penilaian tanda vital
a.    Tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.

Penilaian klinik lengkap
1.    Anamnesis
2.    Pemeriksaan fisik umum
3.    Pemeriksaa obstetri
4.    Pemeriksaan panggul
5.    Penilaian imbang feto-pelvik

Pemeriksaan laboratorium
1.    Pemeriksaan darah
a.    Golongan darah dan cross match
b.    Pemeriksaan darah lengkap
c.    Pemeriksaan ureum dan kreatinin
d.    Pemeriksaan glukosa darah
e.    Pemeriksaan pH darah dan elektrolit
f.     Pemeriksaan koagulasi
g.    Pemeriksaan fungsi hati
h.    Kultur darah
2.    Pemeriksaan air kemih

Prinsip Umum Penanganan
1.    Pastikan jalan napas bebas
2.    Pemberian oksigen
3.    Pemberian cairan intravena
4.    Pemberian transfusi darah
5.    Pasang kateter kandung kemih
6.    Pemberian antibiotika
7.    Obat pengurang rasa nyeri
8.    Penanganan masalah utama
9.      Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

No comments:

Post a Comment