LINGKUP KELAINAN DAN
KOMPLIKASI KEBIDANAN
A.
Patologi
Obstetri
Obstetri adalah ilmu
yang mempelajari tentang kehamilan, kelahiran dan pueperium. Sedangkan patologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Jadi, patologi obstetri adalah
ilmu membahas tentang hal-hal diluar kehamilan normal atau fisiologis.
B.
Penyakit
Penyerta Kehamilan
1.
Abortus
Abortus
adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru
mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Yang
diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan 20 minggu atau berat
janin 500 gram.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC)
a.
Abortus
spontan
Abortus
spontan (SAB) yang juga dikenal dengan istilah “keguguran” terjadi alami tanpa
perlu indikasi diagnosis abortus spontan terjadi dalam berbagai bentuk,
diantaranya abortus yang mengancam (abortus iminen), abortus yang tidak bisa
dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim (missed
abortion), dan abortus inkompletus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
2.
Kelainan
Tempat Kehamilan ( Kehamilan Ektopik)
Kehamilan
ektopik terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit berlangsung di manapun
kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonin dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi
jelas bersifat ektopik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
a.
Kehamilan
Tuba
Kejadian
kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika).
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
Lebih
dari 95 % kehamilan ektopik terjadi di tuba. Tanda dan gejalanya bervariasi
pada masing-masing wanita, tetapi pada umumnya hampir sama dengan aborsi atau
ruptur tuba.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.
Kehamilan
Interstisil
Kehamilan
ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada para interstisialis tuba. Keadaan
ini jarang terjadi dan hanya merupakan 1 % dari semua kehamilan tuba. Ruptur
pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan
ke 4. Perdarahahn yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kematian.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
c.
Kehamilan
Abdominal
Menurut
perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara 1500
kehamilan. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan,
hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah janin mati sebelum tercapai maturitas
(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d.
Kehamilan
Ovarial
Kehamilan
ini sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4
kriteria dari Spiegelberg, yakni tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantong
janin harus berlokasi pada ovarium, kantong janin dihubungkan dengan uterus
oleh ligamentumovarii propium, jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan
dalam dinding kantong janin.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
e.
Kehamilan
Cervical
Kehamilan
cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir cervix.
Dengan tumbuhnya telur, cervix menggembung. Kehamilan cervix biasanya berakhir
pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa
pengguguran.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
3.
Mola
Hydatidosa dan Choriocarcinoma
Mola
hydatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tida normal, yag muncul
dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Pada kasus mola hydatidosa komplet
(CHM, complete hydatidiform mole), seluruh kehamilan berasal dari ayah, umumya
dengan jumlah diploid 46, XX, tanpa ada jaringan janin terlihat. Sedangkan pada
kasus mla hydatidosa sbagian, kehamilan terdiri dari 3 unsur gen (misal XXY,
umlah 69) disertai perubahan villus dan jaringan janin. Angka insidennya secara
keseluruhan mencapai ± 1,5 dala 1000 kelahiran.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Choriocarcinoma
adalah tumor ganas (meligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah
kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau persalinan. (bagian obstetri
dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung : elstar offset).
4.
Anemia
Kehamilan
Perubahan
fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel
darah normal pada kehamilan. Peningkata volume dara ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkata sel darah merah. Walaupun ada
peningkatan jumlah se darah merah dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak
seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat
dalam bentuk penurunan kadar Hb (hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini
juga merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi
selama kehamilan sekaligus untuk janin.b ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan
plasma mencapai puncaknya pada TM II sebab peningkatan volume plasma terhenti
menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
Anemia
didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah
batas “normal”,. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
dipastikan karena ke 3 parameter laboratorium tersebut bervariasi selama
periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin
dibawah 11 gr/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5.
Hyperemesis
Gravidarum
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil. Muntah
yang membahayakan ini dibedakan dari morning
sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama TM I kehamilan.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
6.
Kehamilan
dengan Hipertensi
a.
Hipertensi
Esensial
Hipertensi
esensial adalah apabila tekanan darah sistolik an diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukurannya sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.
Hipertensi
Karena Kehamilan
Hipertensi
selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umunya, tetapi
mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tnggi baik pada
janin maupun ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio
plasenta, disseminated intravascular
coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin
mempunyai resiko prematur dan kematian.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
ü Preeklamsi
Preeklamsi
diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria, dan oedem paa seorang
gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan
paling sering terjadi pada primigravida yang muda.
ü Eklamsi
Eklamsi
adalah enyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan wanita dalam
nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedema.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
7.
Kehamilan
dengan Infeksi
a.
HIV/
AIDS
Human
imunnodeficiency virus adalah retro
virus RNA yang lebih suka enyerang limfodit T-Helper (sel CD4) juga tipe sel
lainnya.
dalam
popilasi yang tidak diobati resiko absolut standar penularan ibu kepada anak (mother-to-child transmission, MTCT)
tanpa menyusui sebanyak 25%. Sekitar 5-10% adalah antepartu, dan sampai 20%
intrapartum. Menyusui menambah resiko absolut penularan 5-15%.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
b.
Hepatitis
Infeksi
virus hepatitis yang bisa memberikan pengaruh khusu pada kehamilan adalah
infeksi oleh Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, dan Virus Hepatitis E.
(bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi.
Bandung : elstar offset).
c.
Gonore/Sypilis
Infeksi
Gonore sarangnya pada wanita adalah pada uretra, cervix dan kelenjar
bartholini. Gonore tidak mempengaruhi kehamilan, baru pada persalinan dan nifas
dapat menimbulkan penyulit seperti endometritis dan salpingitis, dan pada anak
dapat menderita conjunctivitis gonorre.
Infeksi
sypilis tidak dipengaruhi kehamilan. Sebaliknya, pengaruh sypilis dalam
kehamilan sangat besar karena menyebabkan partus imaturus, partus prematurus,
kematian anak dalam rahim, atau anak lahir dengan lues congenita.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
d.
CMV
(Cyto Megalo Virus)
Sitomegalovirus
adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes
simpleks 1 dan 2, virus varicela zooster, dan virus Epstein-Barr. CMV merupakan
infeksi paling sering yang ditularkan kepada janin yang sedang berkembang
sebelum dilahirkan. Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina
pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
e.
Rubella
Virus
penyebab rubella atau campak Jerman ini bekerja aktif khusus nya selama masa
hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati,
kelainan pada janin, dan absorbi teraupetik, yang terjadi jika infeksi ini
muncul pada awal kehamilan, khusus nya pada trisemester I sehingga ia memiliki
kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital
(CRS, congenital rubela syndrome) seperti katarak, kelainan jantung,dan tuli.
(helen
varney, jan m.kriebs, carolyn l.gegor. 2007. Jakarta : EGC).
f.
Herpes
Infeksi
yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit.
Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada
vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi
diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaiknya infeksi yang baru
terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko sehingga dianjurkan persalinan
dengan seksio sesaria.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
g.
Varicella
Angka
kematian pada wanita yang hamil lebih tinggi. Biasanya terjadi abortus atau
partus prematurus. Infeksi anak intrauterin mungkin terjadi hingga anak lahir
dengan cacar atau bekas-bekas nya. Vaksinasi wanita hamil diperbolekan karena
tidak dipengaruhi ibu atau anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
h.
Toxoplasmosis
Transisi
toksoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi akut terjadi selama
kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah
memilikiantibodi antitoksoplasmosis karena sebelumnya telah terpapar, resiko
bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil.
Resiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi
spesifik.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
8.
Kehamilan
Ganda
a.
Kehamilan
kembar 2 telur
Atau
disebut kehamilan dizigotik dan kehamilan kembar fraternal. Yaitu 2 buah sel
telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari 1
ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
b.
Kehamilan
kembar 1 telur
Atau
disebut kehamlian kembar monozigotik dan kehamilan kembar identik. Yang terjadi
dari sebuah telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu
kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
9.
Kelainan
Letak
a.
Letak
sungsang
Letak
sungsang adalah janin dengan letak memanjang, presentasi bokong, kaki atau
kombinasi keduanya. Beberapa faktor resikonya antara lain prematuritas,
polohidramnion, plasenta previa, multipartas, mioma uteri, dan anomali janin.
b.
Letak
lintang
Letak
lintang adalah janin dengan letak melintang, yaitu sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
10.
Perdarahan
Antepartum
a.
Solutio
Plasenta
Solutio
plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya. Plasenta secara normal
terlepas setelah anak lahir. Akan tetapi pelepasan plasenta sebelum minggu ke
22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan plasenta pada plasenta yang
rendah implantasinya maka bukan disebut solutio plasenta tapi plasenta previa.
b.
Placenta
Previa
Plasenta
previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi implantasi dari
plasenta tidak normal yang rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c.
Insertio
Velomentosa
Insersio
velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi
pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion
dan korion menuju plasenta.
d.
Ruptur
Sinus Marginalis
Pecahnya
sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui
setelah persalinan pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan
menjelang pembukaan lengkap. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan
mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
e.
Placenta
Sirkumvalata
Plasenta
sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat
cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua.
Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut
plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
11.
Kehamilan
Disertai Penyakit
a.
Diabetes
Melitus
Diabetes pada
kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
mempengaruhi kehamilan.
b.
Jantung
Jantung. Kehamilan
dapat memperbesar penyakit jantung bahkan menyebabkan payah jantung
(dekompensasi kordis), sebab dalam kehamilan terjadi peningkatan denyut jantung
dan nadi, pukulan jantung, volume darah, juga menurunnya sedikit tekanan darah.
c.
Sistem
Pernafasan
Tuberkulosis
paru-paru. Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya dalam pmeriksaan antenatal. Gejalanya adalah batuk
menahun, hemaptoe (batuk darah) dan kurus kering.
Asma Bronkial.
Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan,
kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus).
Pneumonia dan
kehamilan. Pneumonia atau radang paru ditemui pada kasus-kasus obstetrik berat,
seprti eklamsi, partus lama dan terlantar, dan sesudah operasi. Asidosis dan
hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan persalinan
nantinya.
Bronkitis,
Influenza. Dengan pengobatan yang tepat dan adekuat, penyakit ini tidak
membahayakan kehamilan. Istirahat yang cukup dibutuhkan.
d.
Sistem
Pencernaan
Mulut.
Hipersalivasi. Pada
saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai mual dan
muntah.
Gingivitis dan
epulis. Gusi lunak, membengkak, dan hiperemis, karena gusi itu mudah berdarah
terutama sewaktu menggosok gigi.
Karies gigi. Gigi
yang rusak pada waktu hamil akan memeperburuk karena nafsu makan berkurang,
mual, daan muntah, sehingga kalsium menjadi berkurang.
Esofagus dan lambung
Pirosis. Wanita
mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini disebabkan
regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah esofagus.
Esofagitis erosif.
Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosi pada lambung.
Varises esofagus.
Sering dijumpai pada serosis hepatis dan pada kehamilan menjadi berat.
Hernia hiatus. Rahim
yang membesar menyebabkan tekanan intra-abdominal bertambah sehingga bagian
atas lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus.
Ulkus peptikum.
Jarang ditemui dikehamilan.
Gastritis. Keluhan
hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu
nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.
Penyait usus halus
dan usus besar.
Ileus. Gejala :
muntah, perut gembung, obstipasi, bising usus diam dan bising usus bunyi logam.
Vulvulus usus. Usus
terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hal ini dapat dijumpai
pada kehamilan dan setelah persalinan.
Hernia.
Bermacam-macam hernia yang dapat timbul bersamaan dengan kehamilan: hernia
inguinalis, umbilikalis, femoralis dan sikatrika.
Apendisitis. Jarang
terjadi dalam kehamilan.
Kolitis ulserosa.
Yaitu peradangan dan luka-luka kecil pada usus besa, sifatnya kronis.
Hemoroid. Yaitu
pemekaran pembuluh-pembuluh darah di rektum.
Penyakit-penyakit
lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah: Tumor ganas usus besar,
magakolon, pruritus ani, fisura ani.
e.
Sistem
Hematology
Anemia. Dalam
kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolemia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan
plasma darah.
Iso Imunisasi, yaitu
Eritroblastosis Fetalis. Biasanya anak pertama lahir sehat, kemudian anak-anak
berikutnya akan terjadi iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau
lahir hidup kemudian meninggal dalam hari-hari pertama setelah kelahirannya.
f.
Sistem
Perkemihan
Bakteriuria. Dalam
kehamilan, bakteriuria kira-kira 25-40% akan menyebabkan pielonefritis akut.
Sistitis. Dalam
kehamilan, sistitis akan menyebabkan pielonefritis akut.
Pielonefritis Akut.
Dijumpai pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada
kehamilan triwulan III.
Pielonefritis
kronika. Pengobatan saat kehamilan agak sukar karena sudah kronis, sehingga
wanita dengan penyakit ini ianjurkan untuk tidak hamil.
Glomerulonefritis
Akut. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus dan
kematian janin.
Glomeruluonefritis
kronika. Pengaruh pada kehamilan adalah terjadinya baortus, partus prematurus
dan kematian janin dalam kandungan.
Sindroma Nefrotik
(Nefrosis). Adalah kumpulan gejala : proteinuria ( di atas 5 gr perhari),
edema, hipoalbuminurinemia, hiperkholesterolemia.
Nefrolitiasis (Batu
Ginjal). Gangguan utama adalah kolik dan hematuria.
(sumber:
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri
Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC).
12.
Kelainan
Lamanya Kehamilan
a.
Prematur/
Partus Prematurus
Partus
prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting, kejadian ± 7 %
dari semua kelahiran hidup. (bagian obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung.
1984. obstetri patologi. Bandung :
elstar offset).
Persalinan
preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.
Postmatur/
Partus Serotinus
Yang
dinamakan partus serotinus adalah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau
lebih.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c.
Intra
Uterine Growth Death (IUFD)
IUFD adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan
28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr).
13.
Kehamilan
dengan Penyakit Gangguan Jiwa
a.
Depresi
Depresi saat
kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama
halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis
yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone
bias mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal
ini bias disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya
menimbulkan depresi.
b.
Psikosa
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan
(sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan
jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai
dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi
tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku
yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap
impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
c.
Psikoneora
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang
bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental
dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan
emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi).
14.
Kelainan
Air Ketuban
a.
KPSW
Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. KPSW atau
ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban
pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil atrm akan
mengalami ketuban pecah dini.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
b.
Polihidramnion
Air
ketuban paling banyak pada minggu ke 38,
sebanyak 1030 cc, pada akhir kehamila tinggal 790 cc dan terus berkurang sehingga pada minggu ke
43 hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam
berhubung adanya produksi baru dan pengaliran. Kalau melebihi 2000 cc maka
disebut polihidramnion atau hidramnion.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
C.
Penyakit
Penyerta Persalinan
1.
Mioma
Uteri
Mioma
uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri
mejadi tumbuh lebih cepat, tumor menjadi lebih lunak, dan gangguan sirkulasi
dan nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak. Jenis mioma
uteri yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural dan
submukosum.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
2.
Distensi
Uterus
Distensi
uterus atau pembesaran uterus yang berlebihan
paling sering disebakan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan
adenomiosi.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
3.
Parut
Uterus
Tidak
dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan
parut uterus. Angka kejadian rupur uteri pada parut uterus cukup tinggi,
terutama di negara berkembang.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
4.
Seksio
Sesarea
Persalinan
seksio sesarea adalah persalinan perabdominal. Persalinan ini dilakukan apabila tidak memungkinkan
persalinan pervaginam atas dasar indikasi tertentu, seperti gawat janin, atau
tulang panggul yang sempit.
(sarwono
prawirohardjo. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka).
5.
Dystocia
Istilah
dystocia atau persalinan yang sulit digunakan kalau tidak ada kemajuan dari
persalinan. Dystocia dapat disebabkan karena kekuatan yang mendorong anak
keluar kurang kuat, karena kelainan letak atau anak, dan karena kelainan jalan
lahir.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
6.
Kerusakan
Jalan Lahir Karena Persalinan
a.
Vulva
dan Vagina
Robekan
pada klitoris atau sekitar nya dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.
Kadang-kadang juga terjadi kolpaporrhesis ialah robeknya vagina bagian atas,
sedemikian rupa sehingga serviks terpisah dari vagina.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
b.
Cervix
Robekan
yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Robekan biasanya terdapat pada
pinggir samping serviks malah kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka
pametrium. Robekan yang demikian dapat membuka pembuluh darah yang besar dan
menimbulkan perdarahan yang hebat.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
c.
Ruptura
Uteri (Robekan Rahim)
Ruptur
uteri karena bagian depan tidak maju memberikan gejala-gejala ancaman robek
rahim sedangkan ruptur karena dindin lemah, hidrosefalus, pemberian pitocin dan
ruptur yang violent tidak memberikan ancaman robekan rahim.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
D.
Penyakit
Penyerta Persalinan Nifas
1.
Infeksi
Puerpuralis
Infeksi
puerpuralis adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrim, bekas insersi plasenta. Infeksi itu dapat :
a.
Terbatas
pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
b.
Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan
sekitarnya (tromboplebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
2.
Perdarahan
dalam Nifas
Sebab-sebab
:
a.
Sisa
plasenta dan plasenta polyp
Sisa
plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan
yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
b.
Endometritis
puerperalis
Perdarahan
biasanya tidak banyak.
c.
Perdarahan
fungsionil
Dalam
golongan ini termasuk :
1.
Perdarahan
karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi berhubungan dengan cyclus
anovulator dalam nifas.
2.
Perubahan
dinding pembuluh darah.
Pada
golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis ataupun luka.
d.
Perdarahan
karena luka :
Kadang-kadang
robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosa sewaktu persalinan karena
perdarahan pada waktu itu tidak menonjol, beberapa hari postpartum dapat
terjadi perdarahan yang banyak.
(bagian
obstetri dan ginekologi FK Unpad Bandung. 1984. obstetri patologi. Bandung
: elstar offset).
E.
GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI
1.
Infertilitas
adalah ketidakmampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak
hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya.
·
Infertilitas
primer adalah jika isteri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan
dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
·
Infertilitas
sekunder adalah jika isteri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2.
Gangguan
Haid dan siklusnya:
a.
Kelainan
dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan haid:
·
Hipermenorea
atau menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih
lama dari normal (lebih dari 8 hari).
·
Hipomenorea
adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasa.
b.
Kelainan
siklus:
·
Polimenorea
adalah siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari)
·
Oligomenorea
adalah siklus haid yang lebih panjang, lebih dari 35 hari.
·
Amenorea
adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan bertuut-turut.
c.
Perdarahan
di luar haid:
·
Metroragia
adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid yang dapat disebabkan
oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.
d.
Gangguan
lain yang ada hubungannya dengan haid:
·
Premenstrual
tension (ketegangan prahaid) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid.
·
Vicarious
Menstruation yaitu perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang
sesuai dengan siklus haid.
·
Mittelschmerz
(rasa nyeri pada ovulasi) terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid,
pada saat ovulasi.
·
Dismenorea
adalah nyeri haid, dibagi menjadi 2, yaitu:
o
Dismenorea
primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak hubungannya dengan kelainan
ginekologik.
o
Dismenorea
sekunder ( ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan
ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis
servisis uteri, dll).
·
Mastalgia
adalah rasa nyeri dan pembesaran mamae sebelum haid.
(sumber:
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kandungan. Cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo).
F. PRINSIP DETEKSI DINI
TERHADAP KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI PADA IBU HAMIL,
BERSALIN DAN NIFAS
Deteksi
Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Ibu
Hamil
Pemeriksaan
dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal
ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan,persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak
yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi
dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat
dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas
ibu dan bayi dapat berkurang.
1. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC
Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika
haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat
kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segea dapat
diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal
sedikitnya 1 kali pada trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 ).
Pemeriksaan yang dilakukan
pada kehamilan dini, yaitu :
Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab
antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan yang
diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan.
1)
Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial )
2)
Anamnesa Keluarga
3)
Anamnesa Medik
4)
Anamnesa Haid
5)
Anamnesa Kebidanan
Pemeriksaan Umum
1)
Tinggi badan
2)
Berat badan
3)
Tanda-tanda vital
4)
Pemeriksaan kepala dan leher
5)
Pemeriksaan payudara
6)
Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
7)
Pemeriksaan abdominal
8)
Pemeriksan genetalia
9)
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan laboratorium
Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan
untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine.
2. Kontak Dini Kehamilan Trimester I
Pada
trimester I, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual sangat
wajar. Apabila dalam anamnesis ada riwayat abortus sebelum kehamilan yang
sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu
plasenta telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada
umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati
hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya
dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.
3. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.
Pelayanan
ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil berbeda –
beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya
persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya
akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises.
4. Skrining untuk deteksi dini.
a.
USG
USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik
untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang
ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang
aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan
normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi
dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan kadar HCG
pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini
bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai
adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik.
Deteksi Dini Penyulit Persalinan
Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu pada saat
memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus waspada
terhadap masalah yang mungkin terjadi. Selain itu, deteksi dini penyulit
persalinan juga tidak kalah pentingnya demi kesuksesan dan kelancaran jalannya
proses kelahiran.
1.
Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala I aktif.
2.
Pencatatan partograf
a.
Informasi tentang ibu
Melengkapi bagian awal ( atas
) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan meliputi; nama,
umur, gravida para dan abortus, nomor RM, tanggal dan waktu dirawat, waktu
pecahnya ketuban
b.
Kesehatan dan kenyamanan janin
·
DJJ
·
Warna dan adanya air ketuban
·
Molase ( penyusupan kepala
janin )
c.
Kemajuan Persalinan
Untuk menilai kemajuan
persalinandilakukan pemeriksaan setiap 4 jam sekali.kolom dan lajur kedua pada
partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
·
Pembukaan Servik
·
Penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin
·
Garis waspada atau garis
bertindak
d.
Jam dan waktu
·
Waktu mulainya fase aktif
persalinan
·
Waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan
e.
Kontraksi uterus
f.
Obat – obatan
·
Oksitosin
·
Obat – obatan lain dan cairan
IV
g.
Kesehatan dan kenyamanan ibu
·
nadi, tekanan darah dan
temperatur tubuh
·
Volume urine, protein dan
aseton
h.
Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lain.
Catat semua asuhan lain, hasil
pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan
terpisah kemajuan persalinan.
C. Deteksi Dini Pada Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah
partus selesai dan berakhir ketika alat – alat kandunga seperti sebelum hamil.
Perubahan yang terjadi pada
masa nifas :
1. Suhu
badan
Suhu badan wanita inpartu
tidak lebih dari 37,2 0 C. sesudah partus dapat naik + 0,5 0 C
dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0 0C sesudah 12 jam
pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan
lebih dari 38 0C mungkin ada infeksi
2.
Nadi
Pada umumnya nadi berkisar
antara 60 – 80 denyutan atau menit. Segera setelah partus dapat terjadi
brakikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu badan.
3.
Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat
hubungan pendek yang dikenal sebagai “ shunt “antara sirkulasi ibu dan
plasenta. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan sendirinya dan tiba –
tiba. Volume darah pada ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan
pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderta
vitium kordis.
4.
Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah
terdapat persiapan – persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapimasa laktasi
ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain :
a. Proliferasi jaringan, terutama
kelenjar – kelenjar dan alveolus mamae dan lemak.
b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang
kadang – kadang dapat dikeluarkan ( kolossrum ).
c. Hipervaskularisasi terdapat pada
permukaan maupun pada bagian dalam mamae.
d. Setelah persalinan, pengaruh menekan
estrogen dan progesteron hilang.maka timbul pengaruh hormon laktogenik ( LH )
atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
5. Lochea yaitu cairan sekret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a. Lochea rubra atau kruenta
Berisi darh segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi pada hari ke 3
sampai 7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7 sampai
14 pasca persalinan.
d. Lochea alba
Merupakan cairan putih, terjadi setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Biasanya lochea berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi
f. Lokhiostasis
Lochea tidak lancar keluarnya.
G.
Prinsip-prinsip
Asuhan Dalam Penanganan, Rujukan Dan Pendokumentasian
Prinsip Dasar Penanganan :
1.
Menghormati
pasien
Setiap pasien harus
diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya.
Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan
kondisi gawat daryrat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar
bagi setiap manusia dan keluarga yang mengalaminya.
2.
Kelembutan
Dalam melakukan
pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah haus dilakukan dengan
penuh kelembutan, termask menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit
pengobatan, tetapi
prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu
diupayakan sesedikit mungkin.
3.
Komunikatif
Petugas kesehatan
harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah
dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan
pemerksaan petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien yang dieriksa apa
yang sedang dilakukan dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal
atau kondisi pasien sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus
dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangat penting.
4.
Hak
pasien
Hak-hak pasien harus
dihormati, seperti penjelasan informed
consent, hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dari
kerahasiaan status medik pasien.
5.
Dukungan
keluarga
Dukungan keluarga
bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus
megupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, peka akan masalah keluarga
yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan (finansial), keterbatasan
transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi
tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apabila pasien
dalam keadaan syok dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak
mungkin untuk meminta informed consent
kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien (prosedur life-saving) harus dilakukan walaupun
keluarga pasien belum diberi informasi.
Penilaian Awal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk penilaian
awal adalah :
1.
Penilaian
dengan periksa pandang (inspeksi)
a.
Menilai
kesadaran
b.
Menilai
wajah
c.
Menilai
pernapasan
d.
Manilai
perdarahan dari kemaluan
2.
Penilaian
denga periksa raba (palpasi)
a.
Kulit
b.
Nadi
c.
Kaki/
tugkai bawah
3.
Penilaian
tanda vital
a.
Tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan.
Penilaian klinik lengkap
1.
Anamnesis
2.
Pemeriksaan
fisik umum
3.
Pemeriksaa
obstetri
4.
Pemeriksaan
panggul
5.
Penilaian
imbang feto-pelvik
Pemeriksaan laboratorium
1.
Pemeriksaan
darah
a.
Golongan
darah dan cross match
b.
Pemeriksaan
darah lengkap
c.
Pemeriksaan
ureum dan kreatinin
d.
Pemeriksaan
glukosa darah
e.
Pemeriksaan
pH darah dan elektrolit
f.
Pemeriksaan
koagulasi
g.
Pemeriksaan
fungsi hati
h.
Kultur
darah
2.
Pemeriksaan
air kemih
Prinsip Umum
Penanganan
1.
Pastikan
jalan napas bebas
2.
Pemberian
oksigen
3.
Pemberian
cairan intravena
4.
Pemberian
transfusi darah
5.
Pasang
kateter kandung kemih
6.
Pemberian
antibiotika
7.
Obat
pengurang rasa nyeri
8.
Penanganan
masalah utama
9.
Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Cetakan kelima.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
No comments:
Post a Comment