PENYAKIT IMUNOLOGI
1.
DEFINISI
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkan sebagai Sindrom Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala penyakit-penyakit.
(Depkes
RI; AIDS dan Penanggulangnnya : 17).
Center for
Disease Control and Prevention atau CDC Amerika Serikat
mendefinisikan AIDS sebagai sebuah penyakit yang sekurang-kurangnya diduga
mengalami cacat imunitas diperantarai sel, terjadi pada penderita yang tidak
diketahui penyebabnya mengapa terjadi kemunduran resistensi tubuhnyaterhadap
penyakit tersebut. (Buku ajar patologi:
196)
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus
(atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. (http://id.wikipedia.org)
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut. (http://id.wikipedia.org)
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV tergolong
dalam kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang mempunyai kemampuan untuk
mengkopi-cetak materi genetic diri di dalam materi genetic sel-sel yang
ditumpanginya. ( Depkes RI: 18). HIV merusak sel T CD4+
secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T
CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah
kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi
laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah
serta adanya infeksi tertentu. (http://id.wikipedia.org)
Tanpa terapi
antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV
menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup
setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju
perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua
minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah
kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari
orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah
daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan
penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya
infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat
perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga
memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa
varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang
berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang
berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat
memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu
kemampuan penderita bertahan hidup. (http://id.wikipedia.org)
PERJALANAN PENYAKIT
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel,
dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit.Materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi.
Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. (http://cariobat.blogspot.com)
Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. (http://cariobat.blogspot.com)
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.Sel-sel yang
memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya
limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. (http://cariobat.blogspot.com)
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga
terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun:
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun:
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak
800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV,
jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di
dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan
kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang
yang beresiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi.Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan
pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali
menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. (http://cariobat.blogspot.com)
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. (http://cariobat.blogspot.com)
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada
orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi
tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih
besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang
disebut limfoma. (http://id.wikipedia.org)
Pada tahun 1990, World Health
Organization
(WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan
sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1. Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada
orang sehat.
- Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
- Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
- Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
- Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS. (http://id.wikipedia.org)
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik;
seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari),
pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada
tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup
pasien. (http://id.wikipedia.org)
Penyakit pada paru-paru
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat
yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai
pada orang yang terinfeksi HIV.Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii.
Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara
Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara
berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang
yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika
jumlah CD4 kurang dari 200 per µL. (http://id.wikipedia.org)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di
antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada
orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat
dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium
awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian,
resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit
ini. (http://id.wikipedia.org)
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah
berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode
terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara
berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV
(jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada
stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang
menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya
biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu
tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala yang
muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner. (http://id.wikipedia.org)
Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan
(esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke
lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi
jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka. (http://id.wikipedia.org)
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan
pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi
bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang
tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex,
dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis). (http://id.wikipedia.org)
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari
obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi
utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan
efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani
bakteri diare (misalnya pada Clostridium
difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan
merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin
merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV. (http://id.wikipedia.org)
Penyakit syaraf dan kejiwaan utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku
karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan
oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau
sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri. (http://id.wikipedia.org)
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma
gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak
akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi
dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru. Meningitis
kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang)
oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien
juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.
(http://id.wikipedia.org)
Leukoensefalopati
multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan
selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran
impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di
tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem
kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini
berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya
menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis. (http://id.wikipedia.org)
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan
mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya
metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV;
dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi
HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik,
tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang
muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan
keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada
plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah
sekitar 10-20%, namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap
infeksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV
di India. (http://id.wikipedia.org)
Kanker dan tumor ganas (malignan)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang
lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi
(KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV). (http://id.wikipedia.org)
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang
pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda
homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes
manusia-8
yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering
muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ
lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru. (http://id.wikipedia.org)
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel
B)
adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah
bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau
sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma
(DLBCL), dan limfoma
sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus,
limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi. (http://id.wikipedia.org)
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV
dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia. (http://id.wikipedia.org)
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya,
seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar
bawah
(rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak
meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya
terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS,
kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada
saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada
pasien yang terinfeksi HIV.
(http://id.wikipedia.org)
Infeksi oportunistik lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan
gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi
oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan
gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan
gangguan radang pada retina mata (retinitis
sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan
oleh jamur Penicillium
marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik
ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di
daerah endemik Asia Tenggara. (http://id.wikipedia.org)
2.
EPIDEMIOLOGI AIDS DAN HIV
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang
terkait di tingkat populasi.
Ini adalah model corestone penelitian kesehatan masyarakat, dan membantu
menginformasikan kedokteran berbasis bukti (eveidence based medicine) utnuk
mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan
penanganan yang optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif.
██ 15–50% ██ 5–15%
██ 1–5%
|
██ 0.5–1.0% ██ 0.1–0.5%
|
██ <0.1% ██ tidak
ada data
|
UNAIDS
dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim
bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2
juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal
dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.(http://id.wikipedia.org)
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk
yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan
HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya
lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan
HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita
hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6
juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang
terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS.
Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7 juta infeksi
(perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika
Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi,
membuat negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia. Di 35 negara di
Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5
tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit. (http://id.wikipedia.org)
Epidemilogi
AIDS meliputi Agent, Host, dan Environment serta transmisinya.
1. Agent
Virus HIV termasuk Netrovirus
yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang
dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada
sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus
dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga
semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya
sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan
sampai temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air.
Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan detergen
yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan
untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain. (Zulkifli FKM USU)
2. Host
Distribusi penderita AIDS di
Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh berbeda kelompok terbesar berada
pada umur 30 -39 tahun. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik
homoseksual mapupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat
masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar
terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada
tahun 2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110
juta anak-anak. Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan dewasa
muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS International
fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard, Amerika Serikat sejumlah
orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah berkembang secara penuh akan
meningkat 10 kali lipat. (Zulkifli FKM
USU)
3. Environment
Lingkungan biologis sosial,
ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan
biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for
Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini
menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB.
Pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB
mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi. (Zulkifli
FKM USU)
Faktor sosial, ekonomi, budaya
dan agama secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness
di kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan
promiskuitas. (Zulkifli FKM USU)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1997. AIDS
dan Penanggulanggannya. Jakarta: Pusdiknakes
Depkes RI, Depsikbud RI. 1991. Modul Penyuluhan AIDS bagi sekolah Menengah .Jakarta: Depkes RI
Enslikopedia Indonesia Bebas. Pengertian AIDS. www.wikipedia.or.id
Muninjaya, Gde. 1999. AIDS di Indonesia Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka
Kompas : " Yayasan AIDS Indonesia berdiri Dengan
Dana Awalnya Setengah Milyard,"6 September 1993.
Kompas : " Akibat aids, awal abad nanti empat
juta perempuan meninggal", 8 September 1993.
There are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome life style Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and over all well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2000. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a glucometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescription like: Insulin ,Sulfonamides, but I could not get the cure rather to reduce the pain and brink back the pain again. I found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email drrealakhigbe@gmail.com or his Number +2348142454860 He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, BODY PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, PROGERIA, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION, DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS, CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B, THYROID, ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. AUTISM, NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE, WEAK ERECTION. EYE TWITCHING PAINFUL OR IRREGULAR MENSTRUATION.Dr Akhigbe is a good man and he heal any body that come to him. here is email drrealakhigbe@gmail.com and his Number +2349010754824
ReplyDelete