1.
PENGERTIAN
Amenorrhoe adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembangian antara amenorea primer dan amenorea sekunder.
(Sarwona, 2008 :
205)
2. Macam Amenorrhoe
Kita
berbicara tentang amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang
amenorea primer apabila seorang wanita berumur 16 tahun ke atas tidak pernah
dapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid,
tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelaian-kelaian
genetic. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti ganguan gizi, ganguan metabolism,
tumor-tumor, penyakkit infeksi dan lain-lain. Istilah kriptomenorea menunjuk
kepada keadaan di mana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar
berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan
kanalis servikalis, dan lain-lain. Selanjutnya ada juga amenorea fisiologik,
yakni yang terdapat pada masasebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi,
dan sesudah menepouse.(sarwona,2008: 205-206)
a. Amenorrhoe Primer
Yaitu jika penderita sama sekali tidak pernah mengalami menstruasi (tidak terjadi menarche) , usia 16 thn keatas
b. Amenorrhoe Sekunder
Yaitu Jika penderita sebelumny apernah mengalami menstruasi tetapi tidak haid lagi.
3.
Amenorrhoe fisiologis dapa terjadi pada :
a. Sebelum
pubertas
b. Masa Kehamilan
c. Masa Lakstasi
d. Tiga Bulan Post Partum
e. Sesudah Menopause
b. Masa Kehamilan
c. Masa Lakstasi
d. Tiga Bulan Post Partum
e. Sesudah Menopause
4. Klasifikasi Amenorrhoe Patologis
a. Dysfungsi hypotalamus
- Idiopatis
- Psikogen : a. Reaktif psikogen : kesedihan-pindah lingkugan, kehamilan palsu
b. Anorexia nervosa
- Penambahan berat badan
- Kelainan Organis : tumor, trauma, infeksi, proses degeneraly
b. Dysfungsi Hypofise
- Insufisiensi : terjadi Sheehan syndrome
- Tumor : chromophobe-, aci dophil (akromegali), basofil adenoma
- Radang : Proses degeneratif : TBC, lues
c. Dysfungsi Ovarium
- Kelainan Kongenial : Hypoplasia Ovaii, syndrome Turner, hermaprhoditismus
- Ovarium polykistik
- Tumor
- Radiasi
d. Periferi tidak bereaksi
- Endometrium tidak bereaksi misalnya karena kuretase atau TBC
e. Penyakit Lain :
- Penyakit kronik : TBC
- Penyakit metabolik : tyroid, pancreas, suprarenalis
- Kelainan gizi
- Kelainan hati dan ginjal
- Obesitas
f. Gangguan Uterus, vagina
- Aplasia dan hipoplasia
- Sindrom asherman
- Endometritis tuberculosis
- Histerektomi
- Aplasia vagina
g. Gangguan Pancreas
- Diabetes Melitus
h. Gangguan Glandula Suprarenalis
- Sindrom adenogenital
- Sindrom cushing
- Penyakit Addison
i. Gangguan Glandula Tiroidea
- Hipotireoidi
- Hipertireoidi
- Kreinisme
pada amenorrhe primer umunya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital, kelainan-kelainan genetic dan kelainan goned. Amenorrhoe sekunder lebih menunjuk pada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi dll.
5. Amenorrhoe dan Galactorrhe (Pengeluaran Air Susu Berlebihan)
1. Syndrome Chiari - frommel
Terjadi steelah kehamilan dan merupakan amenorrhoe laktasi yang berkepanjangan, disebabkan inhibisi dan PIF dan hypofise
2. Syndrome Forbes - Albright
Disebabkan oleh adenoma chromophob
3. Syndrom Ahcemada -
Tidak ada hubungan dengan kehamilan atau tumor hypofise.
Diduga oleh karena obat-obatan seperti kontrasepsi dan phenotiazin
6. Pemeriksaan Yang Dilakukan
a. Anamnesa yang baik dan lengkap
- Apakah amenorrhoe termasuk primer / sekunder
- Apakah amenorrhoe ada hubungannya dengan gangguan emosional
- Apakah ada kemungkinan kehamilan
- Apakah px menderita penyakit metabolic dll
b. Pemeriksaan Umum Yang Seksama
- Apakah px pendek / tinggi/ kerdil
- Apakah BB sesuai denga tingginya
- Apakah ciri kelamin sekunder tumbuh dengan baik/tidak
- Apakah ada tanda hirsutisme
c. Pemeriksaan Ginekologi
- Dapat diketaui adanya berbagai jenis ginatresi, adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya ovarium dll.
7. Diagnosa
Terapi amenorrhoe sangat tergantung pada etiologi. Banyak pemeriksaan yang dapat membantu kita mencari amenorrhoe, antara lain :
a. Smears (Sex chromatin)
b. Pemeriksaan Rontgen (sella tursial)
c. EEG
d. Analisa hormonal
e. Biopsi endometrium pada kasus TBC
f. Laparoscopi
g. Gula darah / lever fungsi/ oreum / creatinin
8. Terapi
Terapi diberikan menurut etiologi secara umum dapat diberikan :
a. Hormon untuk merangsang ovulasi :
- Clomphen : merangsang hypotalamus
- Gonadotropin sebagai substitusi terapi
- Progestrin oral pil
b. Radiasi dari ovarium
c. Tyroid : Kalau ada hypofungsi glandula thyroid
Terapi diberikan menurut etiologi secara umum dapat diberikan :
a. Hormon untuk merangsang ovulasi :
- Clomphen : merangsang hypotalamus
- Gonadotropin sebagai substitusi terapi
- Progestrin oral pil
b. Radiasi dari ovarium
c. Tyroid : Kalau ada hypofungsi glandula thyroid
d. Kesehatan umum
harus diperbaiki / gizi ditingkatkan.
Gangguan gonad
Disgenesis atau
agenesis ovarii (sindrom terner)
Pada tahun 1938
turner mengemukakan 7 kasus yang dijumpai dengan sindrom yang terdiri atas
trias yang klasik, yaitu infantilisme, webbed neck, dan kubitus valgus.
Penderita-penderita ini memiliki genetalia eksterna wanita dengan klitoris agak
membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita.
PENANGANAN
Pengobatan terhadap sindrom turner adalah
pengobatan substitusi yang bertujuan untuk:
1.
Merangsang pertumbuhan
cirri-ciri seks sekunder, terutama pertumbuhan payudara.
2.
Menimbulkan perdarahan siklis
yang menyerupai haid jika uterus sudah berkembang.
3.
Mencapai kehidupan yang normal
sebagai istri walaupun tidak mungkin untuk mendapat keturunan.
4.
Alasan psikologis, untuk tidak
merasa rendah diri sebagai wanita.
Hormon yang
diberikan adalah estrogen dalam kombinasi dengan progestagen secara klinis
sampai masa monopouse atau pascamenopouse. Berhubungan dengan kemungkinan bahwa
pemberian estrogen mengakibatkan penutupan garis epifisis sudah terjadi.
Sindrom feminisasi
testikuler
Sindrom feminisasi
testikuler yang dilaporkan pertama kali oleh steglehner pada tahun 1817, dan
kemudian dibahas lebih lanjut oleh Goldberg dan Maxwell pada tahun 1948,
merupakan suatu bentuk hermafroditisme pria dengan fenotipe wanita.
Gambaran klinik
Penderita
kelihatan cantik, cocok untuk menjadi pramugari. Payudara tumbuh dan berkembang
dengan sempurna, walaupun ada defisiensi jaringan kelenjar dan hipolasia
putting susu. Alat kelamin luar termasuk introitus vaginae, kelihatan normal.
Pada kira-kira sepertiga dan kasus rambut-rambut ketiak dan pubis tidak ada
atau sedikit. Vagina tidak ada, atau jika ada, biasanya pendek, dan berakhir
pada kantong yang buntu ( blind pouvh ). Servik dan uterus tidak ada. Kelenjar
kelamin adalah testis yang relative normal, dengan sel-sel sertoli dan leydig,
tetapi tanpa spermatogenesis (azoosprermia). Kelenjar kelamin ini terletak
dalam abdomen, kanalis inguinalis, atau labia mayora. Kromatin seks negative,
sedang kariotipe menunjukkan pria yang normal, yaitu 46-XY. Kadang-kadang dapat
ditemukan tumor benigna (adenoma) dalam testis, tetapi yang mungkin mengalami
degenerasi maligna. Testis ini mengeluarkan baik estrogen maupun androgen.
Keterangannya ialah tidak adanya enzim yang diperlukan agar androgen dapat
berkerja. Pada pemeriksaan hormonal ditemukan bahwa sekresi FSH berada dalam
batas-batas normal, sedang kadar 17-ketosteroid juga normal atau meninggi.
Kadar testoteron dalam plasma adalah dalam batas-batas normal umtuk untuk
seorang pria, dan ekskresi esterogen dalam urin dalam batas-batas normal untuk
seorang wanit, walaupun apusan vagina menunjukan kurangnya pengaruh estrogen.
PENANGANAN
Penderita-penderita
ini merasa dirinya sebagai wanita dan dapat berfungsi sebagai wanita, kecuali
bahwa mereka menderita amenorea dan sterlitas. Kangtong buntu ditempat vagina
cukup panjang untuk koitus dan jika perlu, dapat dilakukan bedah plastic untuk
membuat vagina.
Setelah masa
puburtas berakhir dengan pertumbuhan payudarah dan tinggi badan yang sempurna,
sebaiknya dilakukan ekstirpasi bilateral kelenjar-kelenjar kelamin (testis),
mengingat resiko keganasan yang mungkin terjadi, terutama pada testis yang
tidak mengalami desensus. Sesudah oprasi, penderita memerlukan terapi siklis
dengan hormone steroid.
(Sarwona, 2008 :
216-220)
SINDROM MONOPOUSE
DAN PENYAKIT IKUTANNYA
Wanita diatas usia 40 tahun sudah mulai merasa bingung,bahwa dirinya
sudah tidak menjadi “wanita seutuhnya”.Menjadi
takut akan melewati masa-masa kesuburannya,walau sudah menjadi kodrat alami
sudah galibnya wanita menjadi amenorrhoe lagi.Memang berbeda siklus reproduksi
pria dan wanita,walau pada galibnya semua diatur oleh kelenjar dan hormon yang
sama pula.
Reproduksi pada pria dan wanita diatur oleh hormon-hormon yang diproduksi dan disekresikan oleh kelenjar-kelenjar yang sama pula.
Reproduksi pada pria dan wanita diatur oleh hormon-hormon yang diproduksi dan disekresikan oleh kelenjar-kelenjar yang sama pula.
Menurut dr.Harjo Mulyono SpPK(K) dari Lab Diagnostic Center,wanita yang belum/tidak mendapat menstruasi disebut amenorrhoe.Dikenal amenorrhoe primer dan sekunder.Amenorrhoe primer memang belum/tidak pernah mendapat/menjalani menstruasi.Sedangkan amenorrhoe sekunder sudah pernah mendapat menstruasi tetapi sekarang tidak lagi misalnya pada kehamilan dan menophouse.
Siklus menstruasi normal didapatkan pada rentang umur 10-15 tahun,rata-rata umur 12 tahun.Menstruasi pertama disebut menarche (baca: menarke),berlangsung selama 2 tahun dengan proses pematangan berupa pembentukan,pembesaran payudara,pertumbuhan rambut kemaluan (pubes) dan axila serta pertumbuhan dan perkembangan berat badan dan tinggi badan.Biasanya pada masa ini jarak siklus menstruasi tidak teratur berkisar 15-45 hari dengan lama menstruasi 4-6 hari.setelah mengalami masa penyempurnaan siklus menstruasi akan teratur dengan rata-rata 28 hari dan lama menstruasi 4-6 hari,darah yang keluar 60-80 ml,tidak membeku,tidak bergumpal.
Dengan meningkatnya usia,maka kuantitas dan kualitas fungsi kelenjar dan organ berkurang,akan mengakibatkan kuantitas dan kualitas hormon juga berkurang.Menopouse dimulai pada usia 45-52 tahun,yaitu sebelum menstruasi berhenti sama sekali.Masa itu dikenal dengan klimakterium,premenopouse,hal ini ditandai dengan menurunnya estrogen dengan akibat perdarahan pervaginaan yang tidak teratur.
Karena siklus menstruasi,menopouse sangat dipengaruhi dan sangat tergantung hormonal.Hormon reproduksi ini juga untuk metabolisme glukosa darah dan lemak darah.Maka dengan tidak imbangnya hormon-hormon tersebut,siklus metabolisme menjadi terpengaruh,jadi “kacau’.
untuk mencagah tangkal sindrom menopouse dan penyakit ikutannya,mmenurut dr Harjo,perlu diperhatikan nutrien sehari-hari,yakni yang kaya vitamin,kalsium dan protein.Sedang pemeriksaan labortatorium yang diperlukan adalah pemeriksaan hormon reproduksi yakni progesteron,estrogen,LH dan lth testosteron dan lainny,yang harus disertai keterangan umur dan berapa lama menopousenya.selain itu,perlu pemeriksaan urinalisis,hematologi,kadar glukosa darah puasa dan dua jam setelah makan.
http://klinik-sehat.com/tag/amenorrhoe-primer
PERDARAHAN
BUKAN HAID
Pengertian
Adalah perdarahan
yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam
perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
- Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
- Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Penyebab;
Sebab – sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
Sebab – sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
- serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri.
- Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
- Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
- Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
Sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium.
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungís ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumah sakit.
Patologi
Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus luteum.
Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.
Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya
Gambaran klinik
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jira karena perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka Madang-kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
1) korpus luteum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding).
Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.
2) insufisiensi korpus luteum
Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore. Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3) apopleksia uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
4) kelainan darah
Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.
Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.
Diagnosis
a. Anamnesis
- Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenore/amenorhe, sifat perdarahan ( banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainnya.
- Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinaan penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun. Kecurigaan terhadap salah satu penyait tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan.
- Pada pemeriksaan gynecologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
- Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis. Pada wanita umur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum,
- Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamlan yang masih bisa diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
Penanganan
- Istirahat baring dan transfusi darah
- Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
Estrogen dalam
dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.
Perempuan
dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid mereka. Masalah
tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali
sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola
haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari
21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10
hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis
lainnya.
1. Amenore
Amenore
adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang
belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan
yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore
sekunder).
Amenore
primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan.
Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas
gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan
yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Sindrom
pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang
umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid).
Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam
waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa
gejala PMS yang sering dirasakan:
- Payudara menjadi lembut dan bengkak
- Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
- Tidak tertarik seks (libido menurun)
- Jerawat berkala
- Perut kembung atau kram
- Sakit kepala atau sakit persendian
- Sulit tidur
- Sulit buang air besar (BAB)
3. Dismenore
Dismenore
adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian
bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga
bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi
dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya
pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48
jam.
Dismenore
dibagi atas:
1.
Dismenorea primer (esensial,
intrinsic, indiopatik), tidak dapat hubungan dengan kelainan ginekologik.
Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired),
disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endrometriosis,
adenomiosis uteri, stenosis servisis, dan lain-lain.(Sarwona, 2008 : 229)
2. Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit
(dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh
penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore
primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti
ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air
panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Bila
nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore
sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.
Etologi
Banyaak
teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer, tetapi
patofisiologinyanbelum jelas dimengerti. Rupanya beberapa factor memegang
peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain:
1.
factor kejiwaan
pada gadis-gadis
secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapatkan peneranagn
yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
2.
factor konstitusi
factor ini yang erat
hubungannya dengan factor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Factor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
3.
factor obstruksi kanalis
servikalis
salah satu teori yang
paling tua menerangkan kejadian dismenorea primer ialah stenosis kanalis
servikalis. Pada wanita denganuterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat
terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarangtidaj diangap
sebagai factor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita penderita
dismenoreatampa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.
Sebaiknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dimenorea, walaupunn ada
stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hipertrofleksi.
Mioma submokosum bertangkai atau polip endrometrium dapat menyebabkan
dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk
mengeluarkan kelainan tersebut.
4.
factor emdrokin
pada umumnya ada
angapan bahwa kejang yang terjadi pada dimenorea primer disebabkan oleh
kontreksi uterys yang berlebihan. Factor endrokin mempunyai hubungan dengan
soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
5.
factor alergi
teori ini ditemukan
setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dimenorea dengan urtikaria,
migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab elergi ialah toksin
haid.
penanganan
1.
Penerangan dan nasehat
2.
Pemberian obat analgesic
3.
Terapi hormonal
4.
Terapi dengan obat nonstroid
anti prostaglandin
5.
Dilatasi kanalis servikalis
(sarwono,2008: 229-232)
4. Menoragia
Menoragia
adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu
siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30
ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau
terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab
utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam
tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk.
Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi
parah.
Menoragia
juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan
peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.
5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan
vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
- Pendarahan di antara periode menstruasi
- Pendarahan setelah berhubungan seks
- Perdarahan setelah menopause
Perdarahan
abnormal disebabkan banyak hal. Dokter Anda mungkin memulai dengan
memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius
seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab
perdarahan abnormal.
Baik
pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat
menyebabkan siklus haid tidak teratur.
http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/
DAFTAR PUSTAKA
http://mediabidan.blogspot.com/2008/11/asuhan-kebidanan-pada-amenorrhoe.htmlatan
umum harus diperbaiki / gizi ditingkatkan.
http://klinik-sehat.com/tag/amenorrhoe-primer/
prawiroharjo,sarwona.2008. Ilmu
kandungan. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka.
No comments:
Post a Comment